Rabu, 20 Oktober 2010

Kelaps Kelip 8

Dear Roselaers,

Kali ini Kelaps Kelips 8 yang akan menjadi hostnya adalah "Srikandi B2W Indonesia", dimana akan di komando oleh Nte Epoy dari Rombongan Selatan (ROSELA).

Mari kita ramaikan acara ini yang akan diselenggarakan pada :
  • Hari : Jum'at, 29 Oktober 2010
  • Waktu : 19.00 wib
  • Start : FX Sudirman
  • Finish : Gandaria City
  • Rute : FX Senayan - Asia Afrika - Hang Lekir - Barito - Ayodya - Ahmad Dahlan - Gandaria City
  • FREE...!!!
Untuk info lebih lanjut : www.b2w-indonesia.or.id

Senin, 23 Agustus 2010

[INFO] Baksos dan Buka Bersama ROSELA

Dear Om dan Tante,,

Tadi malem kita sudah meeting di sekre plus survey langsung ke Pondok pesantren, hasilnya adalah B2W-ROSELA akan mengadakan Baksos dan Buka Puasa Bersama di :

Tempat : Pesantren BSC AL-FUTUWWAH
Alamat : jln H.Tholib cipete utara kebayoran baru
Hari / tanggal : Sabtu, 28 agustus 2010
Waktu : Ba'da Ashar s/d selesai
Tikum : Sekretariat B2W Indonesia (jam 15.00 wib)

Dana sumbangan untuk pelaksanaan acara bisa langsung di transfer ke :
* Rekening atas Nama -- RR. Fannie Waldhani (Nte Fannie)
* BCA KCP Hasanudin -- 5230161315
* MANDIRI cabang Kemang Selatan -- 1260004755525

Bagi teman-teman yang sudah mentransfer, harap konfirmasi ke Nte Fannie di :
* HP -- 081316485590 / 08128100525 (SMS)
* YM, BB, FB dan Twitter

Sekian dan terima kasih....
mmmuuuaacchh :p

#Panitia Baksos dan Buka Puasa Bersama B2W-ROSELA

Sabtu, 12 Juni 2010

Ujung Pelangi di Situs Batu Tapak

Sabtu, 12 Juni 2010

Akhirnya setelah 2 minggu berturut-turut ga gowes, kita berkencan dengan Kanondel. Oia Kanondel itu nama sepeda saya yg berasal dari merk Cannondale. Ga kreatip banget yak? Wakakaka…

Rencana ngajak temen-temen Rosela dan 1PDN tapi yang dateng hanya saya, Dultuk, Om Agung, dan Dosen Eko Warrior Cimanggis. Perjalanan dimulai jam 6.30 dari Tanjung Barat menuju Jalan Juanda Depok untuk ketemu om Agung. Lalu kami bertiga menyusuri naik turun Jalan Juanda ke Cimanggis untuk menjemput Dosen Eko. Setelah personil lengkap, kita mulai gowes sekitar jam 7.30 dari Cimanggis. Melalui Bukit Golf, River Side lalu nembus di pintu tol Gunung Putri Cibinong dan melewati Toko Om Toni Kamurang yang masih tutup. Perjalanan dilanjutkan dengan masuk gang kecil dan keluar sebelum conveyer belt pabrik semen Holcim, sebelum Pasir Mukti. Pitstop pertama di Indomaret Jalan Tajur Citereup karena ini merupakan Indomaret terakhir dalam perjalanan ke Batu Tapak. Oia saya blum cerita klo tujuan gowes kali ini menuju Situs Batu Tapak Pasir Awi yang terletak di Kecamatan Sukamakmur Citereup.

Lanjut lagi gan ceritanya!
Setelah istirahat sejenak dengan Pocari Sweat lalu kita lanjut gowes menyusuri Jalan Tajur sekitar pukul 9.00. Aspal mulus yg rolling naik turun dan disekitar kita tampak terlihat pemandangan yang sangat indah. Tebing alami yang bikin ngiler para penikmat mountain climbing, sawah terhampar luas, tampak sungai yang mengalir di sela-sela bukit.. Melalui jembatan Tajur kita berhenti sejenak untuk foto-foto sedikit:p
Teteeep foto..

Lalu kita lanjutkan perjalanan dengan gowes sambil menghirup dalam-dalam oksigen segar dan jalan berkelok dibibir bukit sehingga kita bisa melihat pemandangan dilembah sana. Tak terasa banyaknya tanjakan sangat menguras tenaga tapi ketika ketemu turunan langsung aja rem dilepas dan wuussss Kanondel meluncur hingga 50kmh. Stop! Dibatasi cukup 50 kilometer per jam saja karena bahaya euy.

Tibalah ke jembatan goyang Sherly Malinton. Disini tetep kita foto-foto:D
Oia kenapa namanya jembatan goyang? Sebenarnya jembatan ini cukup besar tapi jika ada mobil yang lewat, jembatan ini berayun sangat kerasa sekali. Setelah foto dan minum sebentar, kita lanjutkan dengan tanjakan legendaris yaitu Tanjakan Sherly Malinton. Kenapa namanya Sherly Malinton?? Coba tanya mbah Gugel ups, maksude Mbah Rektor 1PDN yang menamakan tanjakan tersebut.
Hehehe,,

Tanjakan ini lumayan aduhai dengan satu kelokan tapi nanjaaaak terus…. Cukup curam di awal tanjakan dan tampak dari setengah tanjakan dengan background jembatan Sherly. Ngap-ngap deh ditanjakan ini. Sebenarnya setelah ketemu pertigaan SD Pabuaran, kita belok kanan dan kembali menanjak. Tapi karena Praja Dultuk ngidam kue pisang, jadilah kita mampir dulu. Kita semua ga terlalu suka kue pisangnya tapi Praja Dultuk malah seneng banget. Heran dah,, Sambil menyeruput teh manis, kita melemaskan kaki yang dah gowes sekitar 50 km dari Tanjung Barat.

Setelah Dultuk menghabiskan sekitar 3 kue pisang, kita lanjut lagi dan apa yang kita temui?? Lagi-lagi tanjakan! Bener-bener dah tanjakan berkelok. Kirain tanjakannya dah abis tapi pas melewati kelokan, malah disuguhi tanjakan lagi… Cuaca yang mendung sangat mendukung gowes nanjak. Tapi godaan abang-abang es kelapa muda menggelayuti pikiran. Sempet berfikir jangan-jangan pada berhenti minum es kelapa muda dulu nih:p

Lagi capek-capeknya nanjak, tiba-tiba terdengar suara gong gongan anjing dan anjing itu dengan polosnya mengejar saya dan Dosen Eko! Whuaaaa tanjakan dan dikejar anjing pula! Baru 50 meter anjing itu berhenti ngejar, tapi deg-degannya masih kerasa… Kita kembali regrouping setelah menyelesaikan tanjakan tadi dan trek dilanjutkan jalan menurun yang super asyik!

Wuiiiiii Kanondel meluncur kencang! Tak terasa (kiasan dari hampir mati rasa) ketemu juga Kecamatan Sukamakmur dan melewati pertigaan yang denger-denger jika kita belok kanan bisa kearah Rawa Gede lalu Kota Bunga Puncak…

Sekitar 700 meter kemudian kita ketemu juga tempat start Situs Batu Tapak Pasir Awi sekitar 54 km dari Tanjung Barat. Tanjakan berbatu siap menyambut kita…  Bener-bener dah… Tanjakan berbatu besar yang curam dan berkelok pula. Mulai gowes jalan makadam sekitar jam 12.00 terik-teriknya… Lagi asyik-asyiknya ngap-ngap nanjak, malah RD yang loncat-loncat. Payah dah! Yo wis akhirnya ga jadi pake gear granny (gigi yang paling enteng). Terpaksa nanjak ga terlalu nikmat soale harus memperhatikan rante yang lelumpatan. Ternyata mur untuk stel RDnya patah, jadi dia lompat-lompat klo di jalan offroad berbatu. Sedangkan jika di aspal mulus ga masalah.

Gowes pake gear kedua dari yang paling enteng ternyata lebih cepat. Maksude lebih cepat capeknya, Ahahaha… Karena batunya gede-gede dan curam.. Anehnya tadi pas kita start kan cuaca mendung tapi ini kok tiba-tiba panas… Udah gitu yang dulu biasanya pohon rimbun tapi kini banyak yang ditebang. Nambah panas deh. Sekitar hampir 50 menit kemudian sampailah kita di Situs Batu Tapak Pasir Awi. Padahal tanjakan batu tadi cuma 2,5km lho.. Namun kita lanjutkan dulu sampai ketemu kampung terdekat dan cari warung karena waktu sudah menunjukan pukul 13.00. Warung langganan kita tutup, akhirnya nyari warung baru dan ketemu teteh-teteh penjaga warung lagi gendong anak. (maksudnya apa ni?)

Sholat Dzuhur dulu dan dilanjutkan makan seadanya.. Mie goreng, nasi dan ikan asin. Maklum di kampung dan jarang rumah penduduk. Seret deh makan ga ada sayur,, apa boleh buat daripada kelaparan. Setelah selesai makan sekitar pukul 14.00 kita balik lagi ke Situs Batu Tapak dan foto-foto disana. Situs ini berupa sepasang telapak kaki manusia pada batu besar yang terletak di pinggir bukit, sehingga tampak seluruh pemandangan jalur kita gowes tadi. Sangat indah pemandangan dari sini. Situs purbakala ini ada sejak zaman Tarumanegara sekitar abad ke 3 Masehi. Untuk lebih lengkapnya tentang Situs Batu Tapak Pasir Awi, silahkan Tanya ke Mbah Gugel :p

Setelah puas mengabadikan dan narsis-narsisan di situs ini, kita kembali menanjak. Yak! Menanjak, betul itu. Tiada gowesan nikmat seperti menanjak :D. Wakakaka.. Tenang,,cuma 200 meter kok. Kemudian dilanjutkan dengan single trek turunan tanah! Yippie! Turunan tajam tanah disambut gerimis mengundang. Diselingi batu-batu kali dan kembali ke turunan tanah tak berujung. Karena gerimis, tanah jadi basah dan jadilah ban kita ban donat. Menyebrangi 3 kali kecil, kita ketemu tanjakan yang lucu-lucu. Ban nambah jadi donat, jadilah kita ngorek-ngorek supaya ban bisa tetap mengalir.

Ban 2.1 tampak seperti ban 2.8 :p, Hehehe.. Rante udah coklat kena lumpur tapi masih bisa tetap gowes.

Gerimis terus menerus menemani perjalanan single trek kita dan ada hal yang sangat menakjubkan! Kita bisa melihat pelangi, bukan hanya satu tapi dua pelangi. Foto-foto deh, jarang bisa ngeliat pelangi dengan jelas di tengah hutan sabana antah berantah ga ada rumah dan cuma ketemu satu orang petani. Lanjut gowes lagi, tanpa sadar kita ketemu ujungnya pelangi. Gimana ya mendeskripsikan ujung pelangi? Jadi pelangi kan bulat setengah lingkaran, nah ini kita bisa melihat ujung lingkarannya itu yang menyentuh tanah. Bener menyentuh tanah, semak-semak lebih tepatnya. Terkagum-kagum melihat pemandangan itu… Tak terasa sudah menunjukan pukul 16.00 dan belum sholat Ashar. Lanjut lagi gowes nuruuun terus…

Alhamdulillah ketemu juga aspal! Tutur Om Agung yang bannya dah hampir ga bisa digowes. Cuci sepeda di kali kecil, lalu kita gowes ngebut sampai menemukan masjid terdekat. Singkat cerita setelah Ashar dan kembali pulang lewat Kamurang, Cibinong. Kita mampir Maghrib dulu di masjid dekat tokonya Om Toni lalu makan di warteg dan lanjut pulang. Sampe rumah pukul 20.30 karena kebanyakan berhenti dan kekenyangan makan di warteg:D
Hehehe…

Sampai jumpa lagi di petualangan selanjutnya!

--
-Dhani-
http://sidhani.blogspot.com
http://dhanichagi.wordpress.com

Sabtu, 05 Juni 2010

RoSela Gowes ke Gunung Pantjar


Akhirnya trip Gn. Pantjar hari ini lancar, dengan peserta Gua, Lita, Bang Bens, Epen, Dwiagus, Geza, Denny Iskandar, Handrias, dan Om Gugum. Startd ari Belanova jam 08.15 dan Sekitar jam 10.15 kita finish di Sebex Bikepark. Akhirnya, sekitar jam 13.30, rombongan sampe di Belanova, dgn jalur turun bablas lewat Kampung Terang Philips.

Bbrp catatan hari ini:
1. Pertanyaan pertama yg muncul adalah dari Geza, saat di tanjakan awal; "Jal, ini jalurnya sampe ujung nanjak kaya gini semua?" *muka melas

2. Salut b
uat Bang Bens, doi kuat banget menaklukan setiap tanjakan. Dan dari dokumentasi yg terekam, ternyata rahasianya saat nanjak, doi duduknya di Frame, bukan di Sadel. *aneh
3. Epen, sempet syock di tanjakan awal, akhirnya bisa ngelewatin full trek tanpa hambatan. (TTB is not a crime bro..:)) TOP.

4. Lita, dari dulu belom berubah, nuntun kok diturunan. :p

5. Om Denny, Tersiksa ya om, pake Rigid dan ban 1.5 saat ngehajar makadam? Kekekeke
6. Dwiagus, sepeda Giant barunya kayaknya pengaruh banget sama performa doi. Ngacir booooss... *si koneng lepas ke gua yak. Hhiihhi
7. Handrias, kayaknya doa bininya kali ini beda saat dia ke Tako2 dulu. Bukan cuma biar selamat sampe tujuan, tapi biar kuat di tanjakan. Dan terbukti boss..kuat beneer..hehehe..
8. Gua sendiri, kudu nyiapin dana buat ganti Hub belakang gua yg jebol dan ngelos..:((

Total Distance: 25 KM. Sekian. :))
*Next Trip, tanggal 27 ramein jalur Gadog-RA ya.:)*

by : Rizal Utara

Minggu, 30 Mei 2010

RoSela Gowes ke Cirebon-Kuningan-Waduk Darma-Linggarjati-Cibulan


Dua sahabat RoSela Bang Bimar dan Om Agus Jamaludin liburan akhir bulan Mei ini mengadakan gowes ke daerah Cirebon - Kuningan - Waduk Darma - Linggarjati dan Cibulan bersama Om Slamet sang lagenda pesepeda. Berikut cerita yang ditulis oleh Bang Bimar tentang perjalanan gowes di sana.

Capek tapi senang, nanjak sekaligus menikmati turunan semua jadi satu, mulai start dari Cirebon-Cilimus-Kuningan-Waduk Darma total jarak tempuh 133 km setengahnya mendaki, satu hal yang bisa di ambil di kota Kuningan yaitu sepeda kurang populer!

Bisa bersilaturahmi ke rumah om Agus the doctor "J" Jamaludin di Garawangi, sekaligus mengantar beliau pulkam walau waktunya sedikit hehe, lalu lanjut mandi aer hangat di pemandian Sangkanhurip, Cilimus, bertamasya ke rumah sejarah perjanjian Linggarjati trus lanjut mandi di Cibulan objek wisata kolam 7 sumur, keliling kota Kuningan sambil kulineran kupat tahu mi iroh, makan malam ala kota Kuningan di cafe salsa, mantab lah!

Kuningan memang kota kecil tapi dari kota ini gw mendapat ide untuk next trip tahun ini gowes keliling Jawa Barat & pastinya harus lewat kota Kuningan!

Big thanks to mas Slamet & keluarga
Two thumbs up buat om Agus the doctor "J" Jamaludin beserta keluarga

Kalau ada umur panjang, tahun depan gw pasti ke kota ini lagi, thanks all!


Poto2 bisa di lihat di http://www.facebook.com/album.php?aid=2043121&id=1302515723

NB: gw & om Agus gowes pake sepeda Federal euy!

by : Bimar Sitanggang

Kamis, 18 Februari 2010

Berbagi Jalan Yuk...

Wajah Fannie penuh keringat sesampainya di Taman Ayodia, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, dari rumahnya di Kompleks Kostrad, Pondok Pinang, Kebayoran Lama, Jum'at (12/2) pagi. Sepeda kuningnya kemudian di parkir persis di depan gerbang taman itu. Setelah melepaskan tas punggung, dia melepaskan helm dan kaca mata hitam, pelengkap bersepeda.

Fannie kemudian menyeka keringat dengan handuk kecil. Di taman tersebut perempuan yang kini menjadi staf Humas Bike To Work (B2W) Indonesia itu bertemu dengan teman-teman sesama pesepeda yang juga baru datang dari berbagai sudut Jakarta. Begitu bertemu, mereka memanfaatkan waktu istirahat yang hanya sebentar itu untuk ngobrol.

Pagi itu pesepeda mengenakan kaos warna kuning menyala bertuliskan Pasal 284 Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu-Lintas. "Setiap orang yang mengemudikan kendaraan bermotor dengan tidak mengutamakan keselamatan pejalan kaki atau pesepada dipidana dengan pidana kurungan paling lama dua bulan atau denda paling banyak Rp.500.000."

Di ujung kaos itu masih ada pesan lain, "Berbagi jalan yuk..." Mereka menamakan diri sebagai Komunitas RoSela alias Rombongan Selatan, seperti tulisan tegas di kaos bagian depan. "Nama panjangnya RoSela Damayanti," kata Koordinator RoSela Ichsan Djumadrin alias Icang tentang nama komunitasnya itu sambil tertawa.
 

RoSela Damayanti kepanjangan dari Rombongan Selatan Damai Indah Menawan Hati. Saat itu berkumpul sekitar 30 pesepeda dari pojok-pojok selatan Jakarta, seperti Ciputat, Pamulang dan Bintaro. Sebagian besar pesepeda yang tergabung dalam RoSela memang tinggal di wilayah Jakarta Selatan dan sekitarnya.

Itu sebabnya, 'anak' dari B2W Indonesia ini memberi nama Rombongan Selatan. Para pesepeda itu banyak yang bekerja kantoran di kawasan Jendral Sudirman, Thamrin dan Kuningan. Icang menyatakan Taman Ayodya sebenarnya menjado tikum (titik kumpul) kedua bagi bagi para pesepeda RoSela setelah Menara BCA di kawasan Pondok Indah.

Setiap Jum'at pukul 06.10, Icang dan kawan-kawan berkumpul di bawah Menara BCA. Sekitar 20 menit kemudian, mereka melanjutkan perjalanan ke Taman Ayodya. Dari taman itu para pesepeda tersebut berkumpul dengan anggota komunitas yang lain. Setelah itu berangkat bersama-sama ke kantornya masing-masing.

Jika masih ada waktu sebelum masuk kantor, pesepeda yang bekerja kantoran itu akan mampir sejenak di sebuah warung makan di Bendungan Hilir, JakPus, untuk sarapan. Sementara yang tidak bekerja, biasanya akan kembali ke rumah atau hang out ke tempat lain.  Sara Siregar (21) misalnya, begitu teman-temannya menuju ke kantor, Sara memutuskan pulang ke rumahnya di Bintaro.

Mahasiswi tingkat akhir Fakultas Psikologi Universitas Pelita Harapan (UPH) Karawaci ini baru beberapa bulan bergabung bersama RoSela. "Semula hanya sepedaan di komplek rumah. Tiba-tiba ada yang ngeracunin agar mau bersepeda di jalan raya," kata Sara yang semula dijemput dan diantar pulang dengan sepeda oleh anggota RoSela ini.

Icang menceritakan, RoSela merupakan salah satu wilayah B2W Indonesia yang ada sejak agustus 2007. Awalnya banyak sepeda yang ikut-serta dalam mailing list B2W Jakarta Selatan sejak 2005. Semakin hari banyak pesepeda yang sering berkumpul bareng hingga berwisata kuliner dengan sepeda. Jumlahnya kini lebih dari 300 pesepeda.


B2W Indonesia akhirnya sepakat agar RoSela dibentuk untuk mewadahi pesepeda di Jakarta Selatan dan sekitarnya. B2W juga mengumpulkan para pesepeda di wilayah Jakarta. Jakarta Pusat, Jakarta Timur dan Jakarta Utara bergabung dalam Komunitas Timut, dan pesepeda Jakarta Barat membuat Komunitas Robar (Rombongan Jakarta Barat).

Komunitas Rogad alias rombongan gado-gado, terdiri atas anggota B2W dari Kramatjati, Kalibata, Cawang dan sekitarnya. "kami berkumpul saat digelarnya kegiatan car free day. Saat ini kami sedang mengkampanyekan jalur sepeda di Jakarta," kata Icang.

Menurut Nico Alfian yang 'dituakan' oleh anggota Komunitas RoSela, jalur sepeda di Jakarta sangat dirindukan oleh orang-orang yang gemar menggunakan sepeda sebagai moda transportasinya. Sayangnya, para pesepada saat ini masih harus bersinggungan dengan kendaraan lain karena belum memiliki jalur sepeda.

"Saat ini kami menunggu ide dari Walikota Jakarta Selatan Syahrul Effendi untuk membuat jalur sepeda mulai Lebak Bulus sampai Sisingamangaraja," kata Nico. "Aturan tentang jalur sepeda juga belum jelas," tambah Icang.

Para penggiat sepeda di Jakarta juga berharap Gubernur DKI Fauzi Bowo dapat segera membangun jalur sepeda di Ibu Kota. Kini, saatnya berbagi jalan yuuukk...

(Irwan Kintoko)
Sumber : Warta Kota, Kamis, 18 Februari 2007 hal. 4

Senin, 18 Januari 2010

Roselaers Gowes Ke Curug Panjang


Hari ini (Minggu, 17 Januari 2010) ada 31 Rosela'ers gowes ke Curug Panjang. Ada Om Bimar yang menawarkan dirinya untuk jadi sweeper (wink2), ada Rizal (yang selalu menyebutkan dirinya guanteng) sbg road captain, Adit Ting2, Angga Gumilang, Angga Abigel, Om Yudo, Om Lukman, Om Wito, Bang Bens sekeluarga, sang korwil abang Icang, srikandi2 Rosela yang huebaaattt di tanjakan (Thya, Lita, Epoy, Wulan dan saya sendiri) dan para arjuna lainnya.




Sebagian besar start gowes dari Gadog sisanya start gowes dari Mega Mendung.


Bener2 pengalaman pertama gowes uphill yang gak akan terlupakan. Seneng bangga liat temen2 yang semangat gowes hingga titik darah penghabisan. Sedangkan saya sempet di evakuasi karena memang gak sanggup. Hiks! Sampe akhirnya pas mau mulai gowes lagi menuju keatas ternyata stang sepeda yang saya pake bermasalah, tiba2 stang ban gak singkron beloknya (stem-nya amburaduuulll). Alhamdulillah Gusti Allah masih memberikan saya kesempatan hidup karena saya hampir masuk jurang... Deg2an abiiiisss :(




Sampe diatas langsung isi perut dgn mie instant, gorengan dan minuman hangat. Eh ternyata kita ketemu sama rombongannya Om Ozy. Abis itu kami langsung beranjak ke air terjun untuk syuting "Air Terjun Pengantin jilid 2". Ahahahahahaa.




Berhubung airnya dingin bangeeeettt, sampe menggigil gak karuan gitu, akhirnya kita segera pergi dari air terjun untuk kembali melanjutkan perjalanan pulang.

Sayangnya saya gak bisa ikut karena sepeda saya terlalu berbahaya untuk dipergunakan. Iriiiiii banget liat temen2 yang meluncur dengan gesitnya. Terpaksa ikut mobil pick up gigit jari. Anticlimax!

Sampe di rumah tempat kita parkir mobil, sebagian loading sepeda, sebagian mandi ganti baju, sebagian lagi menyantap makan siang yg sudah tersedia.




Akhirnya keceriaan Rosela'ers hari ini disempurnakan dengan pesta duren di Parung. Horraaaaaayyy!

Aaahhhh senangnyaaaa saya hari ini. I love you so much guys!

Selamat beristirahat!!! Zzzzzzzz

Cium pipi kiri kanan...
by: Fannie

Jumat, 15 Januari 2010

Nte Thya, Membimbing Sambil Menggowes

Bagaimana rasanya menggowes sepeda 225,19 kilometer jauhnya? Buat Cinthia Puji Bhintarti, ada sensasi lain yang mengalahkan bokong yang mati rasa. ”Bagus untuk pelajaran mental, kita ditantang untuk mengalahkan rasa putus asa,” ujar Thya, panggilan akrabnya, dalam obrolan santai pada awal tahun ini.



Pengalaman berharga itu didapati guru bimbingan konseling SMU Lab School, Kebayoran, Jakarta Selatan, saat mengikuti touring Jelajah Bali, 25-31 Desember 2009. Kegiatan tahunan bersepeda antarkota yang diselenggarakan salah satu klub sepeda di Surabaya itu berawal di Singaraja dan berakhir di Kuta.

”Waktu itu Bali lagi panas-panasnya. Saya udah enggak berani lihat ke depan karena takut keder duluan begitu melihat tanjakannya,” katanya seraya tertawa lepas.

Jalur pantai barat Singaraja-Denpasar yang dilewati memang miskin jalan datar. Sebagian besar dipenuhi tanjakan yang, meminjam istilah Thya, menggetarkan dengkul. Tetapi, di tengah medan yang berat itu dia tetap menikmati pemandangan pantai dan laut lepas ketika menyusuri etape pertama, Singaraja sampai ke kawasan wisata selam Amed, sejauh 75 kilometer.

Setelah beristirahat semalam di Amed, sekitar pukul 08.00 perjalanan dilanjutkan melewati Karangasem, Candi Dasa, Padang Baai, Klungkung, Gianyar, dan Denpasar. Etape ini total berjarak 130 kilometer. Rombongan sampai di Denpasar pukul 18.00 setelah menggowes hampir 10 jam. ”Rasanya antara lega dan enggak percaya bisa bertahan juga sampai akhir. Lucunya, saking seneng-nya, enggak berasa capek, padahal dari Denpasar kami masih bersepeda lagi ke tempat menginap di Kuta,” ujar Thya bangga.

Dari 65 penyuka olahraga sepeda yang ikut ambil bagian pada kegiatan itu hanya ada empat peserta perempuan. Thya adalah salah satunya. Touring Jelajah Bali itu menjadi pengalaman keduanya bersepeda antarkota. Ketika ditawari salah satu temannya untuk ikut, Thya spontan mengiyakan. Untuk pemanasan, dia sempat ikut rombongan komunitas Bike2Work bersepeda ke Bogor. ”Lumayan juga, sekitar tiga jam sampai ke Bogor,” katanya.

Berbagi dengan murid

Pengalamannya ikut Jelajah Bali itu yang ia bawa ke Jakarta untuk dibagi dengan para muridnya di SMU Lab School. Kebiasaan Thya bersepeda dari rumah ke sekolah menarik perhatian murid-muridnya. Sekarang ada sekitar 30 anak yang mengikuti jejak Thya. Sebagian mereka malah bergabung dengan komunitas pelajar bersepeda alias Bike to School (B2S).

”Memang tidak semuanya setiap hari, ada yang dua kali seminggu. Saya bilang, yang penting kita belajar memetik manfaatnya, belajar berdisiplin dan hidup sehat, bukan karena latah karena bersepeda sedang ngetren,” kata lulusan Universitas Negeri Jakarta itu.

Sebagian muridnya yang berasal dari kalangan mampu ada yang dibelikan sepeda mahal oleh orangtuanya. Namun, Thya mengingatkan bahwa yang lebih penting adalah perhatian mereka untuk memelihara sepeda-sepeda itu. ”Beberapa murid akhirnya ada yang memilih untuk membeli perlengkapan sepeda dari tabungan uang jajan, bukan minta lagi ke ortu,” ujar lajang kelahiran Jakarta ini.

Tidak semua orangtua suka dengan kebiasaan bersepeda karena khawatir dengan keselamatan anak-anak mereka. Apalagi, lalu lintas Jakarta yang amburadul dan belum mengedepankan keselamatan warganya. Thya dinilai ”meracuni” murid-muridnya. Namun, Thya berusaha meyakinkan dengan mengajari murid-muridnya cara bersepeda yang aman di jalan. ”Saya juga mengingatkan mereka untuk selalu mengenakan perlengkapan standar, seperti helm dan sarung tangan,” kata Thya.

Lucunya, murid-murid yang antusias dengan kegiatan bersepeda juga mendirikan klub di tiap angkatan. Ada yang dinamai Hackers dan Crackers. Kegiatan bersepeda juga semakin menguatkan kedekatan Thya sebagai guru pembimbing konseling dengan murid-muridnya. Bersama mereka, Thya sempat menikmati bersepeda malam hari ke Museum Bank Mandiri di kawasan Kota Tua. Jadilah ia menggowes sambil membimbing. ”Saya juga beroleh pengalaman lucu, ternyata sekarang banyak anak yang tidak bisa mengendarai sepeda saking protektifnya orangtua mereka,” ujar Thya.

Kesempatan bersepeda bersama juga dimanfaatkan Thya untuk mengajarkan arti kebersamaan dan kesetiakawanan kepada anak didiknya. ”Kalau ada yang bannya kempes, teman lainnya membantu. Yang kuat menggowes mengiringi yang ngos-ngosan,” katanya.

Ia berprinsip bahwa guru bimbingan konseling harus memiliki pendekatan yang berbeda dalam menangani anak-anak dengan guru mata pelajaran yang lain. Itu pula yang membuat ia memilih masuk ke jurusan bimbingan konseling selepas sekolah menengah. Melihat antusiasme anak didiknya, Thya sedang mengupayakan tempat parkir khusus sepeda di sekolah. ”Supaya sepeda tidak lagi dianggap sebagai kasta terendah dalam jenjang transportasi,” ujarnya.

Thya sudah suka bersepeda sejak kecil. Ia terbiasa bersepeda dari rumah ke sekolah, ke rumah teman, dan ke tempat-tempat bermain. Sayang kesenangannya itu terhenti memasuki masa sekolah menengah pertama karena orangtuanya pun menyimpan kekhawatiran yang sama tentang keamanan di jalan bagi anak perempuan mereka. ”Ya, banyaklah alasannya, takut tertabrak sepeda motor dan mobil,” kisah Thya.

Namun, dua tahun lalu dia memberanikan diri untuk kembali bersepeda. Awalnya karena jenuh dengan kemacetan yang harus dihadapi ketika naik angkutan umum. Semula hanya sekali seminggu, kemudian bertambah menjadi dua kali seminggu, hingga akhirnya ia semakin keranjingan. Sekarang sepeda menjadi sarana transportasi harian dari rumahnya di kawasan Pasar Minggu ke kantornya di Kebayoran Baru dengan jarak sekitar 15 kilometer.

”Sempat kesenggol motor juga, tetapi karena itu saya jadi lebih awas. Naik sepeda buat saya itu seru karena ada unsur olahraga dan main-mainnya. Dua hal ini yang kerap tidak sempat dilakukan karena kesibukan pekerjaan,” kata Thya yang memiliki empat sepeda di rumahnya.

Ia menilai, bersepeda membuka kesempatan untuk bertemu dengan banyak golongan orang. ”Mereka yang berangkat pagi-pagi itu justru kebanyakan bukan orang kantoran. Saya jadi punya kenalan tukang oncom dan tukang balon yang selalu menanyakan kalau saya tidak kelihatan,” tuturnya.

Satu hal lagi yang membuat dia semakin bersemangat, penyakit asmanya tidak pernah lagi kumat sejak ia rutin menggowes ke sekolah. ”Efek negatifnya cuma kulit makin item aja, ha-ha-ha.”

Thya masih menyimpan obsesi untuk memperlebar kayuhan sepedanya bukan hanya antarkota, tetapi juga antarnegara. ”Backpacking ke Vietnam dengan sepeda kayaknya seru juga,” ujarnya dengan mata berbinar.

by : DOTY DAMAYANTI